Sabtu, 26 November 2011

Tugas Softskill 5 ,Tulisan 2

TULISAN 2

J-CO Waralaba Lokal Yang Sukses di Indonesia
Ketika gerai J-CO Donuts & Coffee pertama dibuka pada 26 Juli 2005, banyak yang menyangka bahwa gerai donat ini merupakan waralaba asing. Maklum, sebab saat itu toko donat yang memiliki konsep open kitchen belum ada di Indonesia.
PT. J.CO Donnuts and Coffee didirikan oleh Johnny Andrean yang sebelumnya terkenal sebagai pengusaha salon yang sukses. Tak kurang dari 168 jaringan dan 41 sekolah salon dimilikinya, namun insting sang penata rambut kemudian membawanya terjun ke bisnis makanan. Sejak tahun 2003 ia telah aktif mengembangkan J.CO.
J.CO adalah produk dalam negeri dengan menggunakan konsep dari luar negeri dan disempurnakan dengan modernisasi dan kualitas terbaik. J.CO ditujukan untuk menyerbu pasar asing. Persiapan J.CO membutuhkan waktu yang lama. Selama 3 tahun Johnny Andrean dan timnya mempelajari bisnis donat, mengeksplorasi resepnya serta melakukan riset pasar dan sampling. Johnny meluncurkan J.CO dengan konsep “Apa yang disukainya dan hal ini bisa diterima masyarakat”.
Perkembangan J-CO bisa dibilang sangat pesat. Dua tahun semenjak gerai pertamanya di Supermal Karawaci dibuka, J-CO telah memiliki 24 gerai dan memiliki 2 gerai di luar negeri, satu di Malaysia dan lainnya di Singapura. Tahun ini diperkirakan gerai J-Co akan mencapai 100 gerai.
Johnny memiliki obsesi untuk merek yang ia dirikan ini. Untuk itu, dia pun mau melakukan survey dan riset ke berbagai Negara, seperti Australia, Amerika Serikat, Jepang dan berbagai Negara Eropa. Mimpinya adalah menciptakan donat yang sempurna yang diterima lidah dan mendorong gaya hidup modern di perkotaan. Lagi-lagi J-CO juga mendapat sambutan pasar yang luar biasa. J-CO memperlihatkan kecerdasan Johnny memaksimalkan jiwa kreatifnya. Produknya selalu berbeda dari produk lain di kategorinya. Dia berhasil menjadikan produk yang dibesutnya sebagai another product.
Inovasi merupakan sebuah keharusan. Karena itu, dibutuhkan kreatifitas yang tinggi untuk membuat produk yang dibesut selalu tampil segar, ungkap Tina tentang prinsip suaminya.
Johnny menegaskan, hal pertama yang harus dilakukan agar menjadi kreatif dan tetap kreatif adalah memiliki tim yang kreatif dan andal. Tim ini harus diisi orang-orang yang kreatif. Satu orang kreatif tidak bisa apa-apa. Dengan bersama-sama kreatif dan ide-ide kreatif tidak akan pernah berhenti, ungkapnya.
Travelling, menurut Johnny merupakan salah satu cara mengembangkan kreatifitas. Maka, terkadang dia pun mengikutsertakan timnya dalam perjalanan. Kami sering melihat pameran dan show di luar negeri, ujarnya. Selain itu, cara lain yang juga bisa meningkatkan kreatifitas adalah sering melihat gambar-gambar fashion dan tren di luar negeri.
Kreatifitas menurut Gita Herdi Hastarani (Manajer Pemasaran & Komunikasi Grup Johnny Andrean) tidak bisa timbul dari eksekusi satu orang saja. Sehingga, di semua usaha Grup Johnny Andrean selalu diadakan rapat bersama. Tidak hanya dari head office, kami juga mengundang para area manager dari cabang-cabang. Disitu kami brain storming bersama-sama, ujarnya. Dari pertemuan itu, banyak muncul ide dari orang-orang operasional di lapangan selain ide-ide dari kantor pusat.
Tina menambahkan, biasanya setelah mendapat ide, Johnny dan dirinya akan mendiskusikan ide itu bersama dan kemudian membagikan kepada staf agar mereka kembangkan.
Sebagian besar ide kreatif di grup perusahaan tersebut bermula dari pemikiran Johnny, dan lanjutnya, kita mendapatkan ide kreatif dari para staff. Terkadang tengah malam ia mengajak diskusi tentang ide kreatifnya itu.
Johnny adalah orang yang spontan. Sehingga kalau ada ide, langsung ia garap. Dia tidak mau meninggalkan idenya begitu saja. Jadi, ide-idenya sering harus dibahas seketika itu juga ujarnya. Dia banyak berdiskusi dengan orang-orang yang di dekatnya untuk mengembangkan ide menjadi lebih detail. Tatkala ide itu bukan berasal dari dirinya, dia bisa menghubungi orang yang mengusulkan ide itu setiap waktu untuk berdiskusi. Dia tidak pernah membiarkan ide itu mandek di satu titik, maka dari itu dia terus mengembangkannya.
Johnny juga selalu mencatat hal-hal penting. Hal ini sangat berguna dikala dia melakukan pengembangan bisnis dari ide kreatifnya. Akan tetapi, di luar kebiasaannya mencatat itu, sang kolega menyebutkan bahwa Johnny memiliki ingatan yang sangat tajam. Tina menekankan, kunci sukses Johnny adalah sikap selalu senang bekerja, selalu ingin membuat yang terbaik, serta selalu ingin meningkatkan apa yang telah dilakukan dan dibuat agar di masa mendatang jadi lebih baik lagi. Hal ini pula yang menurut Tina selalu ditekankan dalam memotivasi pegawai, sehingga mereka selalu berpendapat apa yang dilakukan sekarang belum sempurna, dan harus disempurnakan lagi. Itulah yang menjadi momentum untuk menjadi lebih baik lagi. Biasanya apa yang menjadi ide itu akan dicoba dulu, karena gagal itu adalah sebuah pelajaran. Melalui kegagalan kami belajar untuk masa yang akan datang. Kami tidak pernah takut gagal. Saya rasa semua orang berhasil juga harus mengalami kegagalan dulu.
Prestasi kesuksesan waralaba lokal ini tak lepas dari peran besar pendiri J-CO yaitu Johnny Andrean. Johnny adalah anak perantauan yang berasal dari Singkawang, Kalimantan Barat. Orang tuanya adalah penjual hasil bumi dan pengelola salon. Johnny berangkat ke Jakarta pada tahun 80-an berbekal ilmu salon dari ibunya dan mampu bertahan hidup dengan mendirikan salon kecil di Jakarta Utara. Bisnis salonnya itu kemudian berkembang menjadi besar dan sangat terkenal. Selain salon, ia juga membeli izin waralaba Breadtalk dan mengembangkannya di Indonesia.
Suatu hari muncul ide untuk masuk ke bisnis donat. Awalnya Johnny hendak menggunakan konsep yang sama dengan BreadTalk, dimana ia membeli hak waralaba dari luar negeri. Namun, donat yang hendak dibeli waralabanya itu ternyata memiliki banyak kelemahan mulai dari bahan baku hingga proses produksi yang kurang menjaga kualitas. Johnny pun berusaha mengembangkan sendiri resep donatnya dan sukses. Ia kemudian mengambil beberapa konsep penjualan donat di luar negeri, mencontoh Eropa untuk penyajian serta mencontoh Jepang untuk urusan display.

Donat-donat buatan Johnny dibuat dengan menggunakan mesin modern, mulai dari adonan, cara memasak hingga pengglasuran dan menutup permukaan donat dengan bahan-bahan yang menjadi ciri-ciri setiap jenis donatnya. Hampir separuh bahan baku diimpor, cokelat dari Belgia dan susu didatangkan dari Selandia Baru. Biji kopi untuk minuman didatangkan dari Italia dan Kosta Rika.
Selain itu, Johnny juga mendatangkan spesialis-spesialis donat dan kopi untuk membuat menu baru dan tak segan mengirimkan tim risetnya ke luar negeri untuk mempelajari resep-resep baru. Untuk pemasaran, Johnny lebih percaya pada kekuatan public relations daripada iklan-iklan mahal di televisi dan Koran.
2) Keuntungan dari usaha Franchise bagi pemilik (franchisor) adalah :
  • Hanya memerlukan modal yang relatif lebih sedikit untuk memperluas usahanya karena outlet didirikan dan dimiliki oleh franchisee dengan modal investasi dan biaya praoperasional ditanggung oleh franchisee. Modal yang diperlukan untuk pengembangan usaha relatif hanya untuk sistem franchise.
  • Franchisor akan lebih mudah dalam mengelola outlet karena franchisee telah mengeluarkan dana investasi yang cukup besar sehingga motivasi franchisee untuk sukses sangat tinggi.
  • Biaya operasional relatif berkurang karena biaya operasional outlet menjadi tanggung jawab franchisee.
  • Posisi tawar menawar (bargaining position) dengan supplier maupun dalam hal pemasaran semakin tinggi apabila memiliki cabang lebih banyak dibandingkan jika hanya memiliki satu atau dua outlet saja.
  • Sebagai pemberi waralaba (franchisor) akan menerima royalti fee dan imbalan lainnya yang dibayarkan oleh franchisee walaupun jumlahnya tidak terlalu besar tetapi jika dikaitkan dengan pembukaan outlet yang banyak dan dikaitkan dengan resiko usaha yang ditanggung maka tingkat pengembalian investasi bisnis waralaba cukup tinggi.
3) a. Dampak Positif Franchising bagi Perkembangan Ekonomi di Indonesia
  • Menambah income dengan tarif pajak yang lebih besar
  • Memberikan peluang bagi usaha menengah untuk berkembang lebih pesat
  • Memicu pesatnya perputaran uang
b. Dampak Negatif Franchising bagi Perkembangan Ekonomi di Indonesia
  • Memperkecil ruang gerak perekonomian
  • Menekan usaha-usaha kecil

Sabtu, 19 November 2011

Tugas Softskill 5 ,Tulisan 1

TULISAN 1

Cara Membangun Perusahaan ada 3, yaitu :
1. Membeli Perusahaan Yang Telah Dibangun
Alasan seseorang memilih membeli perusahaan yang sudah ada daripada mendirikan atau merintis usaha baru, antara lain risiko lebih rendah, lebih mudah dan memiliki peluang untuk membeli dengan harga yang bias ditawar.
Membeli perusahaan baru sedikit risikonya, karena kemungkinan gagal lebih kecil, sedikit waktu, dan tenaga kerja yang diperlukan. Disamping itu, membeli perusahaan yang sudah ada pun memiliki peluang harga yang relatif lebih rendah dibanding merintis usaha baru. Namun demikian bahwa membeli perusahaan yang sudah ada juga mengandung kerugian baik internal maupun eksternal.
Tidaklah mudah untuk membeli perusahaan-perusahaan yang sudah ada. Seorang wirausaha yang akan membeli perusahaan selain harus mempertimbangkan berbagai keterampilan, kemampuan dan kepentingan pembelian perusahaa tersebut, pembeli juga harus memperhatikan sumber-sumber potensial perusahaan yang akan dibeli, diantaranya :
a) Pedagang perantara penjual perusahaan yang akan dibeli.
b) Bank investor yang melayani perusahaan.
c) Kontrak-kontrak perusahaan seperti pemasok, distributor, pelanggan dan yang lainnya yang erat kaitannya dengan kepentingan perusahaan yang akan dibeli.
d) Jaringan kerja sama bisnis dan sosial perusahaan yang akan dibeli
e) Daftar majalah dan jurnal perdagangan yang digunakan oleh perusahaan yang akan dibeli
Contoh perusahaan :
1. PT Indosat (dibeli oleh Qatar Telecom)
2. PT Sigma (dibeli oleh PT Telkom Indonesia)
3. PT Fren (dibeli oleh SMART Telkom)
2. Memulai Perusahaan Baru
Untuk memasuki dunia usaha (business) seseorang harus berjiwa wirausaha, Untuk memulai usaha seorang calon wirausaha harus memiliki kompetensi usaha. Menurut Norman Scarborough, kompetensi usaha yang diperlukan, meliputi :
1. Kemampuan Teknik, yaitu kemampuan tentang bagaimana memproduksi barang dan jasa serta menyajikannya.
2. Kemampuan Pemasaran, yaitu kemampuan tentang bagaimana menemukan pasar dan pelanggan serta harga yang tepat.
3. Kemampuan Finansal, yaitu kemampuan tentang bagaimana memperoleh sumber-sumber dana dan cara menggunakannya.
4. Kemampuan Hubungan, yaitu kemampuan tentang bagaimana cara mencari, memelihara, dan mengembangkan relasi, serta kemampuan komunikasi dan negosiasi.
Dalam memasuki area bisnis atau memulai usaha baru, seseorang dituntut tidak hanya memiliki kemampuan, tetapi juga harus memiliki ide dan kemauan.
Untuk memulai usaha harus diawali dengan ide, langkah berikutnya adalah mencari sumber dana dan fasilitas baik barang maupun orang. Sumber dana tersebut adalah berasal dari badan-badan keuangan seperti bank dalam bentuk kredit atau orang yang bersedia menjadi penyandang dana. Tentu saja, barang dan jasa yang akan dijadikan objek bisnis tersebut harus memiliki pasar.
Oleh karena itu, mengamati peluang pasar merupakan langkah yang harus dilakukan sebelum produk barang dan jasa diciptakan. Apabila peluang pasar untuk barang dan jasa sudah tersedia, maka barang dan jasa akan mudah laku dan segera mendapatkan keuntungan.
Dalam merintis usaha baru, ada beberapa hal yang hars diperhatikan :
1. Bidang dan jenis usaha yang dimasuki
2. Bentuk usaha dan bentuk kepemilikan yang dipilih
3. Tempat usaha yang akan dipilih
4. Organisasi usaha yang akan digunakan
5. Jaminan usaha yang mungkin diperoleh
6. Lingkungan usaha yang akan berpengaruh
Contoh Perusahaan :
1. Usaha Taxi (Jasa Transportasi)
2. Usaha Pabrik Tahu/Tempe (Makanan)
3. Usaha Restoran Sea Food (Ikan, Udang, Cumi, Kepiting)
4. Usaha Bengkel Sepeda Motor (Jasa Bengkel)
3. Membeli Hak Lisensi (Waralaba atau Franchising)
Waralaba dalam bahasa Inggris adalah Franchising. Waralaba adalah hak-hak untuk menjual suatu produk atau jasa maupun layanan. Sedangkan menurut Asosiasi Franchise Indonesia, yang dimaksud Waralaba ialah Suatu system pendistribusian barang atau jasa kepada pelanggan akhir, dimana pemilik merek (franchisor) memberikan hak kepada individu atau perusahaan untuk melaksanakan bisnis dengan merek, nama, system, prosedur dan cara-cara yang telah ditetapkan sebelumnya dalam jangka waktu tertentu dan meliputi area tertentu.
Waralaba biasanya digunakan oleh orang yang mau terjun ke dunia bisnis tapi belum punya pengalaman sama sekali namun sudah memiliki modal untuk membuka usaha, hal ini disebut Franchisee. Sedangkan orang yang memiliki usaha waralaba atau franchise adalah Franchisor.
Dalam kerja sama Franchising, perusahaan induk memberikan bantuan manajemen secara kesinambungan. Keseluruhan citra, pembuatan, dan teknik pemasaran diberikan kepada perusahaan franchisee.
Dasar hukum dari penyelenggaran franchising adalah kontrak antara perusahaan franchisor dengan franchisee. Perusahaan induk dapat saja membatalkan perjanjian tersebut apabila perusahaan yang diajak kerja sama tersebut melanggar persyaratan-persyaratan yang telah ditetapkan dalam persetujuan.
Contoh-contoh usaha yang diwaralabakan adalah :
1. Bidang Makanan/Minuman
· Nasional : Kebab Turki Baba Rafi, J-CO, Klenger Burger, Papa Ron Pizza, CFC, Ayam Bakar Wong Solo, Semerbak Coffee, dsb.
· Internasional : KFC, Mc Donald, Starbuck Coffe, Burger King, Bread Talk, A&W
2. Minimarket
· Nasional : Alfamart, Indomaret, Yomart
· Internasional : Circle K
3. Supermarket
· Nasional : Hypermart
· Internasional : Carrefour, Giant, Lotte

Sumber :